ROSED AMIRUDIN

ROSED AMIRUDIN

Rosed Amirudin atau yang waktu kecil lebih akrab dipanggil Bombom, lahir pada 12 Maret 1988 di sebuah Desa yang terletak di lereng gunung Welirang bernama Ketapanrame, yang berada di kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Dia tinggal bersama keluarga kecil (Isteri dan 2 anak)-Isteri : Mariyatul Qibtiyah-Anak: Ahmad Asyarafuz Zuhdi Ardhany dan Zafran Muhammad Dhiyaul Haq. Dia dilahirkan di lingkungan Islam maka diapun memeluk agama Islam. Pendidikan formal pertamanya dimulai dari TK Assyafi’iyah 1 pada tahun 1992 hingga 1994, dia pun melanjutkan di MI Dwi Dasa Warsa hingga tahun 2000, kedua sekolah itu berada di lingkungan desanya sendiri.

Sewaktu di MI inilah ajaran Islam mulai diperolehnya, terutama Islam yang berhaluan Ahlussunah wal Jama’ah An Nahdliyah. Ajaran Aswaja ini diperolehnya dari mata pelajaran Aswaja yang rutin diberikan setiap minggunya di Madrasah tersebut, hingga akhirnya dia menjadi yakin dengan apa yang dianutnya. Bahkan dia juga mengagumi para tokoh NU seperti KH. Abdurrahman Wahid yang lebih akrab di panggil Gus Dur dll. Pada tahun 2000 Rosyid pun lulus di Madrasah Ibtidaiyah itu, keinginannya yang kuat untuk menjadi seorang santri sejak kecil akhirnya kesampaian walaupun sebenarnya orang tuanya, terutama ibunya, merasa berat dan tidak tega apabila buah hatinya tersebut harus merantau di usia yang masih dini, mungkin inilah rasa sayang seorang ibu kepada anaknya. Akhirnya dia pun melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Salafiyah Mamba’ul Ulum yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya –hanya berbeda kecamatan- yakni Desa Awang-Awang Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.

Suka dan duka di hadapi oleh Rosyid di penjara suci itu sampai lulus dari Madrasah Aliyah pada tahun 2006. Sampai akhirnya dia memutuskan tetap di Pondok Pesantren tersebut sampai tahun 2007 untuk mennyelesaikan kelas Salafiyah yang ada di Ponpes tersebut. Dari sinilah perjalanan hidupnya terasa lebih menggairahkan. Dimulai saat dia mulai hidup sendiri yang mengharuskan selalu belajar dan berfikir segala sesuatu yang dikerjakannya, apalagi pada tahun 2005 dia mendapat tanggungjawab untuk menjadi ketua OSIS MA. Selain itu dia juga aktif di beberapa organisasi ekstrakurikuler di sekolahnya, di antaranya Pramuka. Bahkan pernah menjadi anggota Paskibraka di wilayah Kecamatan Mojosari. Pada tahun yang sama sampai tahun 2007 dia juga mendapat tanggung jawab menjadi pengurus pondok pesantren.Aktif diberbagai organisasi membuat Rosyid semakin banyak belajar, tentang bagaimana cara bersosialisasi dan bermasyarakat. Kemampuan memimpinnya juga mulai berkembang dengan baik. Dan yang paling penting, dia jadi semakin memahami dirinya.

Di Pondok Pesantren Rosyid secara langsung dihadapkan pada problem-problem yang ada di masyarakat kecil secara langsung yakni para santri, itulah yang membuat dia semakin dewasa. Setelah lulus dari Pondok Pesantren Salafiyah Mamba’ul Ulum pada tahun 2007, Rosyid kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang. Meskipun saat itu dia ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi umum yakni Universitas Negeri Malang (UM) bahkan dia juga sudah di terima di jurusan Pendidikan Ekonomi, akan tetapi orang tuannya tidak merestuinya karena orang tuanya menginginkan dia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Islam. Sehingga pada waktu yang bersamaan selain dia daftar di UM dia juga daftar di UIN Malang. Yang akhirnya Rosyid pun memilih masuk di UIN Malang dengan pertimbangan UIN wajib berasrama. Memilih masuk UIN Malang di Jurusan Pendidikan Agama Islam ternyata sangat tepat baginya. Dia menjadi semakin tahu bahwa betapa kurangnya dirinya akan ilmu, terutama ilmu Pendidikan Agama Islam. Walaupun dia sudah berjibaku selama 7 tahun dengan ilmu agama di podok pesantren. Akhirnya Rosyid jadi semakin termotivasi untuk terus belajar dan selalu ingin membaca buku, kita-kitab klasik maupun kontemporer, dan juga novel yang membantunya untuk dapat semakin mengenali dirinya sendiri dan tujuan hidupnya. Novel-novel yang sering dia baca seperti karya Habiburrahman El Shirazy, Pramudia A. Toor lantaran banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Setelah lulus dari UIN Malnag tahun 2011, Rosyid akhirnya menjadi pendidik di beberapa sekolahan di wilayah Mojokerto salah satunya di SMA Negeri 1 Gondang dengan mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. 

Rosyid juga mengidolakan sosok Gus Mus, Gus Baha, dengan pemikiran-pemikiran beliau yang mampu membuatnya tersentuh dan berpikir optimis untuk terus meraih kehidupan yang lebih baik bagi diri dan negeri ini. Kini, di rumah ataupun di mana saja, bila memungkinkan, dia senantiasa memuaskan kegemarannya menonton film dan mendengarkan musik. Kekayaan musik dari DEWA,  dan lantunan Sholawat merupakan dua di antara berbagai karya musik yang paling digemarinya. Deddy Mizwar adalah sutradara sekaligus aktor yang dikaguminya lantaran ide-ide cemerlangnya. Rosyid juga belajar banyak bagaimana memahami dan kemudian menyerap sebuah karakter dari para aktor dan aktris dari film yang ditontonnya. Jenis olahraga yang sangat disukainya adalah bola Volli dan Sepakbola. Sejak kecil dua olah raga itu selalu dimainkannya minimal seminggu sekali. Tetapi semenjak dia ada di Malang dia tidak pernah berolah raga sehingga badannya semakin tambah berat (he, he,). Liga Italia dan Liga Champions senantiasa ditunggu kemunculannya di televisi. Juventus FC adalah klub favoritnya. Rosyid ingin terus mengejar dan belajar dalam berbagai hal di dunia ini untuk terus memperbaiki jati dirinya, dan bertekad untuk membagikan apa yang telah didapatnya kepada semua orang.

 


Halaman sebelumnya: Norma Orbaniati
Halaman berikutnya: Satiani